BAB
I
PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang
Dalam studi bahasa, terdapat hal-hal yang menarik
dari penelitian, tidak hanya pada komponen-komponen bahasa, tapi juga cara
bahasa digunakan, bahkan cara menggunakan jeda, seperti di komentar Jerry
Seinfeld. Kami menjelaskan bagaimana si pengguna bahasa berhasil menafsirkan
apa yang ingin disampaikan oleh pengguna bahasa lain.
Dalam makalah ini kita dapat melihat hasil
penyelidikan dari George Yule tentang Analisis Wacana. Dimana kita dapat
mengetahui bagaimana kita memahami apa yang kita baca, bagaimana kita dapat mengenali
teks yang dibuat dengan baik dengan teks yang bercampur aduk, bagaimana kita
memahami kata-kata saat kita berkomunikasi, dan bagaimana kita melakukan
percakapan, ini semua disebut analisis wacana. Kata wacana biasanya
didefinisikan sebagai bahasa diluar kalimat dan analisis wacana biasanya
berkaitan dengan studi bahasa dalam teks dan percakapan.
2.
Rumusan
Masalah
a.
Apa itu
menafsirkan wacana?
b.
Apa itu kohesi?
c.
Apa itu
koherensi?
d.
Apa itu
peristiwa tutur?
e.
Apa itu analisis
percakapan?
f.
Apa itu giliran
berbicara?
g.
Apa itu prinsip
kooperatif?
h.
Apa itu ekspresi
pagar?
i.
Apa itu
implikatur?
j.
Apa itu latar
belakang pengetahuan?
k.
Apa itu skema
dan skrip?
3.
Tujuan
a.
Mengetahui apa
itu menafsirkan wacana.
b.
Mengetahui apa
itu kohesi.
c.
Mengetahui apa
itu koherensi.
d.
Mengetahui apa
itu peristiwa tutur.
e.
Mengetahui apa
itu analisis percakapan
f.
Mengetahui apa
itu giliran berbicara.
g.
Mengetahui apa
itu prinsip kooperatif.
h.
Mengetahui apa
itu ekspresi pagar.
i.
Mengetahui apa
itu implikatur.
j.
Mengetahui apa
itu latar belakang pengetahuan.
k.
Mengetahui apa
itu skema dan skrip.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Menafsirkan
Wacana
Saat kita berkonsentrasi pada bahasa tertentu,
biasanya kita memperhatikan keakuratan bentuk dan struktur yang digunakan
bahasa tersebut. Lalu, sebagai pengguna bahasa, kita bisa melakukan lebih dari mengoreksi
bentuk dan struktur bahasa. Contohnya, kita dapat mengatasi fragmen pada judul
surat kabar seperti Trains collide, two
die,dari sini dapat kita ketahui bahwa pada bagian pertama, yaitu Trains collide adalah penyebab dari pada
bagian kedua, yaitu two die. Atau
contoh lainnya seperti No Shoes, No Service,
dari kata-kata ini kita dapat mengetahui kondisi yang berkaitan. Kata-kata
diatas dapat kita mengerti dengan mudah yang artinya jika kita tidak mengenakan
sepatu, maka kita tidak akan mendapat pelayanan.
Kita bisa melakukannya pada teks bahasa inggris yang
bahkan memiliki banyak kesalahan dalam aturan bahasa inggris.
B.
Kohesi
Kita tahu bahwa suatu teks harus memiliki struktur yang
tergantung dari faktor-faktor yang mempengaruhi suatu kalimat. Beberapa faktor
itu disebut kohesi, atau ikatan dan koneksi yang ada di dalam teks.Kita dapat
melihat ikatan kohesif pada contoh teks di bawah ini:
My father once
bought a Lincoln convertible. He did it by saving every pennyhe could. That car
would be worth a fortune nowadays. However, he sold it tohelp pay for my
collegeeducation. Sometimes I think I’d rather have theconvertible.
Di sana dapat kita lihat terdapat kata-kata yang
berkaitan untuk menunjukkan orang yang sama atau sesuatu yang sama, contohnya: father – he – he – he; my – my – I; Lincoln
– it.Dapat kita lihat juga keterkaitan antar frasa, contohnya: a Lincoln
convertible –
that car – the convertible.Terdapat juga keterkaitan dengan
hal-hal umum yang terbagi beberapa elemen umum tentang makna. Seperti ‘money’ (bought – saving – penny – worth a
fortune – sold – pay)dan ‘time’ (once
– nowadays – sometimes). Ada juga yang berkaitan dengan (however) yang menandakan adanya
hubungan kejadian sebelumnya.
Menganalisis sebuah teks dengan kohesi dapat
memberikan kita wawasan bagaimana para penulis menyusun apa yang ingin mereka
katakan dan mungkin akan menjadi faktor penting untuk penilaian kitadalam apakah
itu dengan baik atau tidak.
Keterhubungan di dalam teks tidak hanya kata-kata
yang berkaitan satu sama lain. Beberapa
faktor lain yang dapat membantu membedakan teks-teks yang saling terhubung dan
masuk akal dan mana yang tidak. Faktor ini di sebut koherensi.
C.
Koherensi
Kunci dari koherensi adalah semuanya cocok (‘everything fitting together well’)sesuatu
yang tidak ada di antara kata-kata atau struktur, melainkan di antara
orang-orang. Yang orang-orang ‘pahami’ apa yang mereka baca dan dengar. Memang
benar, kemampuan kita untuk memahami apa yang kita baca merupakan sebagian
kecil dari kemampuan yang membuat kita paham tentang apa yang kita rasakan atau
mengalami di dunia.
Jika kita belajar bersungguh-sungguh, kita dapat
menemukan cara untuk menggabungkan semua elemen yang berbeda itu
menjadi satu interpretasi koheren.Dengan begitu, kita dapat mengatasi proses
pada teks yang memiliki banyak cela. Kita dapat membuat koneksi yang berarti
yang sebenarnya tidak di tunjukkan dalam kata-kata atau kalimat. Proses ini
tidak hanya untuk memahami teks ‘aneh’ tapi juga untuk membantu kitamengatasi
penafsiran dari semua wacana.
D.
Peristiwa
Tutur
Dalam mengeksplorasi yang kita ketahui pada suatu percakapan
atauacara pidato lain (seperti debat, wawancara, atau berbagai jenis diskusi).
Kita menyadari bahwa banyaknya variasi dalam apa yang dilakukan dan dikatakan
orang dalam situasi tertentu.Faktor-faktor yang membuat apa yang dikatakan atau
dilakukan orang adalah tergantung dari situasi, orang yang berbicara, apa yang
di bicarakan dan siapa yang mendengarkan.
E.
Analisis
Percakapan
Dalam istilah sederhana, percakapan bahasa inggris dapat
digambar sebagai aktivitas yang dimana dua orang atau lebih bergiliran
berbicara. Biasanya, hanya satu orang berbicara pada satu waktu. Apabila dua
orang atau lebih berbicara saat bersamaan, maka salah satu dari mereka akan
berhenti sambil menunggu giliran untuk berbicara. Seperti contoh ini, A
berhenti sampai B selesai.
A: Didn’t you [know wh-
B: [But he must’ve been there
by two]
A: Yes but you knew where he
was going
Kebanyakan peserta menunggu si pembicara sampai selesai,
biasanya ditandai dengan titik penyelesaian. Si pembicara dapat menunjukkan
tanda bahwa dia sudah selesai dengan cara: menanyakan pertanyaan atau berhenti
di akhir kalimat yang lengkap.
Peserta lain yang ingin menunjukkan bahwa mereka ingin
berbicara dengan cara: mereka memulai dengan suara pendek, secara berulang,saat
si pembicara sedang berbicara biasanya mereka menggunakan gerakan tubuh,
ekspresi wajah atau menggunakan bahasa isyarat bahwa mereka memiliki sesuatu
untuk dikatakan.
F.
Giliran
Berbicara
Menurut George Yule di dalam bukunya Study of Language, terdapat hal yang menarik
dalam pennelitiannya. Kita dapat mengetahui tentang perbedaan gaya percakapan
dan perbedaan strategi dalam berpartisipasi di suatu percakapan.Beberapa dari
strategi ini dapat menampakkan apa yang kita sebut sebagai ‘tidak sopan’ (apabila
si pembicara memotong pembicaraan orang lain) dan juga ‘pemalu’ (apabila si
pembicara menunggu kesempatan untuk mengambil giliran dan tidak ada yang
terjadi). Para peserta yang dicirikan sebagai ‘tidak sopan’ atau ‘pemalu’ karena
mengikuti giliran berbicara yang berbeda.
ada satu strategi yang sering digunakan oleh si pembicara agar
panjang lebar, biasanya strategi ini digunakan oleh para politisi dan profesor,
disebut ‘holding the floor’, yang
dirancang untuk menghindari titik penyelesaian normal terjadi. Kita menggunakan
strategi ini sampai batas waktu tertentu, biasanya dalam situasi di mana kita
harus mengetahui apa yang ingin kita katakan saat benar-benar mengatakannya.
Pada situasi normal dalam titik penyelesaian selalu ditandai
dengan berakhirnya kalimat dan jeda, ada satu cara untuk ‘menjaga giliran berbicara’
adalah menghindari dua tanda tadi. Yaitu, jangan melakukan jeda dikalimat
akhir, lalu gunakan kata penghubung (dan, atau, lalu, dan sebagainya).
Tempatkan jeda di bagian kalimat yang isi informasinya tidak lengkap dan
sebaiknya saat jeda gunakan (er, ehm, uh, ah) untuk menunjukkan keraguan.
Dalam contoh berikut, perhatikan bagaimana jeda (ditandai
dengan ...) Ditempatkan sebelum dan sesudah kata kerja daripada di akhir
kalimat, sehingga sulit untuk memahami apa yang orang ini katakan sampai kita
mendengar bagian setelah setiap jeda.
A: that’s their favorite
restaurant because they... enjoy French food and whenthey were . . . in France
they couldn’t believe it that . . . you know that theyhad... that they had had
better meals back home.
G.
Prinsip
Kooperatif
Asumsi yang mendasari percakapan-percakapan adalah para
peserta bekerja satu sama lain. Prinsip ini bersama dengan empat prinsip
lainnya dapat diikuti oleh para peserta, pertama kali dijelaskan oleh filsuf
Paul Grice. Prinsip kooperatif dinyatakan dengan cara berikut: “Buatlah
kontribusi percakapan Anda seperti yang diperlukan, pada tahap di mana itu
terjadi, dengan tujuan atau arah yang diterima dari pertukaran bicara di mana
Anda terlibat”(Grice, 1975: 45).
Untuk mendukung prinsip ini, terdapat 4 maksim, biasa disebut
‘Gricean maxims’.
1) The
quantity maxim: buat kontribusi kita sebagai informatif yang diperlukan, tidak
berlebihan maupun kurang dari yang diperlukan.
2) The
quality maxim: jangan mengatakan hal yang kita yakini salah atau yang tidak
memiliki bukti yang cukup.
3) The
relation maxim: relevan.
4)
The manner maxim:jelas,
singkat, dan padat.
Memang benar bahwa, kadang-kadang, kita dapat mengalami
pertukaran percakapan di mana prinsip koperasi mungkin tidak tampak dalam
operasi. Namun, gambaran umum tentang harapan normal yang kita miliki dalam
percakapan membantu menjelaskan sejumlah fitur reguler dalam cara orang
mengatakan sesuatu.
H.
Ekspresi
Pagar
Hedges dapat didefinisikan sebagai kata atau frasa yang
digunakan umtuk menunjukkan bahwa kita tidak yakin apa yang kita katakan. Kita
dapat menggunakan ‘semacam’ (sort of)
atau ‘sejenis’ (kind of) untuk
melindungi keakuratan pernyataan kita. Contohnya, ‘rambutnya agak panjang’ atau
‘sampul buku agak kuning’ (bukan ‘ini kuning’).
Contoh lain dalam ekspresi yang kadang diucapkan diawal
percakapan:
As far as i know... (setahu
saya...)
Now, correct me if I’m wrong,
but... (ingatkan saya jika saya salah, tapi..)
I’m not absolutely sure, but...(saya
tidak yakin, tapi...)
I.
Implikatur
Dengan prinsip kooperatif dan maksim sebagai panduan, kita
dapat tahu bahwa seseorang ‘menyiratkan’ sesuatu dalam percakapan. Contohnya:
Carol: Are you coming to the
party tonight? (apa kamu akan datang ke pesta nanti malam?)
Lara:I’ve
got an exam tomorrow. (saya
ada ujian besok.)
Dapat
dilihat bahwa Lara tidak menjawab ‘ya’ atau ‘tidak’ pada pertanyaan Carol.
Namun, Carol akn segera menafsirkan pernyataan itu sebagai ‘tidak’ atau
‘mungkin tidak’. Dapat diasumsikan bahwa Lara berusaha menjadi relevan dan
informatif, mengikuti maksim hubungan dan kuantitas.
Dari
jawaban yag diberikan Lara terdapat informasi, Carol bisa mengetahui bahwa ‘besok
ujian’, yang dapat diartikan ‘malam ini belajar’, dan ‘malam ini belajar’
menghalangi ‘pesta malam ini’. Jawaban Lara tidak hanya pernyataan tentang
kegiatan besok tapi juga berisi menyiratkan tentang kegiatan malam ini.
J.
Latar Belakang Pengetahuan
Contoh yang sangat baik dari proses yang terlibat dalam
menggunakan pengetahuan latar belakang disediakan oleh
Sanford & Garrod (1981), yang menyajikan pembaca dengan teks singkat, satu
kalimat pada satu waktu. Teks nya dimulai dengan kalimat sebagai berikut:
John was on his way to school
last Friday.
He was really worried about
the math lesson.
Kebanyakan orang yang membaca kalimat ini berpikir John
merupakan anak sekolahan, karena informasi ini tidak secara langsung dinyatakan
dalam teks, bisa menjadi kesimpulan. Ini kalimat lanjuan dari teks:
Last week he hadbeen unable
to control the class.
Kebanyakan para pembaca berpikir John adalah seorang guru dan
dia sedang tidak senang. Banyak yang bilang John mungkin pergi ke sekolah
menaiki mobil. Kalimat selanjutnya:
It was unfair of the math
teacher to leave him in charge.
Mendadak, John kembali ke status awalnya sebagai anak
sekolahan, dan status nya yang sebagai guru dilupakan. Kalimat akhir membuat
kejutan:
After all, it is not a normal
part of a janitor’s duties.
Ini adalah jenis teks dan cara penyajian, satu kalimat pada
satu waktu, agak artifisial. Namun, latihan yang tadi memberi kita wawasan
tentang cara-cara dimana kita ‘membangun’ interpretasi dari apa yang kita baca
dengan menggunakan lebih banyak informasi dari pada yang ditunjukkan di
halaman. Kita bisa menciptakan apa isi teks itu, berdasarkan apa yang kita
pikirkan tentang apa yang biasanya terjadi. Dalam mencoba menggambarkan
fenomena ini, peneliti sering menggunakan konsep ‘skema’ atau ‘skrip’.
K.
Skema
dan Skrip
Skema adalah istilah umum untuk struktur pengetahuan
konvensional yang ada dalam memori. Contohnya saat seseorang membicarakan
tentang dirinya pergi ke supermarket,
kita tidak perlu diberi tahu apa biasanya ditemukan di supermarket.
Karena kita sudah memiliki ‘skema supermarket’ (makanan dirak, diatur sesuai
jenisnya, keranjang belanja dan sebagainya) sebagai bagian dari pengetahuan
latar belakang kita. Skema mirip dengan skrip. Skrip pada dasarnya adalah skema
yang dinamis. Artinya, set fitur tetap khas dalam skema, sebuah skrip memiliki
serangkaian tindakan konvensional yang terjadi. Contohnya, kamu memiliki skrip
untuk ‘pergi ke dokter gigi’ dan skrip lainnya ‘pergi menonton film’.
Kami memiliki versi skrip ‘makan di restoran’, dapat kami
tunjukkan untuk memahami wacana berikut:
Trying not to be out of the
office for long, Suzy went into the nearest place, sat down and ordered an
avocado sandwich. It was quite crowded, but the service was fast, so he left a
good tip. Back in the office, things were not going well.
Berdasarkan skrip restoran diatas, bisa kita katakan beberapa
hal dari kejadian diatas. Contohnya, meskipun teks tidak memiliki informasi
ini, kita bisa asumsikan bahwa Suzy membuka pintu untuk masuk kerestoran,
terdapat banyak meja, dimana salah satunya digunakan untuk tempat Suzy memakan
roti lapis, lalu dia bayar, dan seterusnya.
Fakta bahwa informasi jenis ini dapat muncul dalam upaya
orang untuk mengingat teks adalah bukti lebih lanjut tentang keberadaan skrip.
Ini juga merupakan indikasi yang baik tentang fakta bahwa pemahaman kita
tentang apa yang kita baca tidak datang langsung dari kata dan kalimat apa yang
ada dihalaman, tetapi interpretasi yang kita buat di pikiran kita adalah apa
yang kita baca. Pemahaman kita yang kita baca tidak hanya berdasarkan apa yang
kita lihat dihalaman (struktur bahasa), tapi juga hal lain yang kita punya
dipikiran (struktur pengetahuan).
BAB III
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Analisis
wacana merupakan suatu kajian yang meneliti atau menganalisis bahasa yang digunakan
secara alamiah, baik dalam bentuk tulis mauoun lisan terhadap para pengguna.
Kajian terhadap suatu wacana dapat dilkukan secara struktural dengan
menghubungkan antara teks dan konteks, serta melihat suatu wacana secara
fungsional dengan menganalisis tindakan yang dilakukan seseorang untuk tujuan
tertentu.
Daftar
Pustaka
Yule,george.The study of language. 2006. The USA:
cambridge university pres.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar